Home » » Mourinho, Media, dan Money

Mourinho, Media, dan Money

Money, money, money. Kiprah Jose Mourinho sebagai pelatih sepak bola identik dengan kucuran uang dan berbagai cerita kontroversial.

Mourinho pelatih hebat, saya sepakat. Kemauannya untuk belajar memahami bagaimana keringat berkucuran di lapangan membuat dirinya paham meracik strategi memenangi si kulit bundar.
Kalau tidak hebat, bagaimana mungkin Mourinho bisa membawa FC Porto menjuarai Liga Champion 2003/04 dengan melewati hadangan Manchester United di babak 16 besar?
Kalau tidak hebat, bagaimana mungkin Mourinho dikenal sebagai manajer atau pelatih sepak bola tanpa tahun hampa prestasi antara 2003 hingga 2012?
Membicarakan Mourinho dan sepak bola ibarat sebuah balada, tema dan nadanya berbeda-beda. Tak sedikit yang memujanya, tetapi banyak juga yang membencinya. Jangan tanyakan posisi Mourinho di mata pendukung klub rival yang dilatih pria Portugal ini.
Terlepas dari banyak prestasi yang didapat Mourinho, tudingan terhadap dirinya sebagai pelatih yang menguras keuangan klub tak bisa dibantah.
Empat musim pertama di Chelsea (2004/05 hingga 2007/08), angka-angka yang muncul dalam bursa transfer mencapai 360 juta pound.
Atau musim pertama di Real Madrid (2010/11), ia membuat klub mengeluarkan 93 juta euro untuk membeli pemain. Pendatang baru termahal ketika itu adalah Angel Di Maria, yang berharga 33 juta euro dari Benfica.
Musim berikut muncul Fabio Coentrao, yang berbanderol 30 juta euro walau tak bisa bersaing dengan Marcelo di posisi bek kiri.
Di La Liga 2012/13, ia memboyong Luka Modric dari Tottenham Hotspur dengan anggaran 30 juta euro, meski kemudian si pemain tidak mendapatkan kepercayaan sang pelatih di lapangan.
Di era kedua bersama Chelsea (2013/14), tetap saja kisah Mourinho tidak lepas dari uang. Setelah tak lagi menemukan “musuh di lapangan” bernama Sir Alex Ferguson, Mourinho masih punya cerita dengan Manchester United.
Sebagai pelatih baru Chelsea, salah satu target belanja Mourinho adalah Wayne Rooney, penyerang andalan klub merah Kota Manchester itu.
Benarkah Mourinho sungguh butuh Rooney di Chelsea? Jangan-jangan ia memang sengaja menciptakan suasana kisruh di kubu lawan yang memang rentan dalam era perubahan setelah ditinggal Sir Alex.
***
Memperlemah kekuatan lawan dengan memakai media sebagai perantara adalah salah satu keunggulan Mourinho.
Pria yang bermain sebagai gelandang ketika mencoba berkarier di lapangan hijau dengan berkompetisi di divisi kedua Liga Portugal ini paham karakter media Inggris.
Ya, berikan media Inggris 10 kata, maka mereka akan mengolahnya menjadi 100 atau bahkan 1.000 kata.
Menarik juga pernyataan Mourinho terkait biaya belanja klub di Premier League.
Pada Agustus 2013, ia melemparkan kritikan terhadap aktivitas klub-klub Inggris. Katanya, “Klub sudah harus memikirkan masa depan. Financial Fair Play akan membuat kita berpikir dengan cara yang berbeda tentang sepak bola.”
Menurut Mou, Chelsea sudah mempersiapkan diri ketika UEFA memberlakukan pembatasan pengeluaran klub-klub yang berada di bawah naungan organisasi tersebut.
“Ada klub yang berpikir FFP tak akan diberlakukan. Mereka terus belanja pemain. Kami berpikir berbeda. Klub mulai berinvestasi pada pemain muda,” kata Mourinho.
Hanya, komentar Mourinho itu diucapkan ketika Chelsea sudah mengeluarkan uang sebesar 65 juta pound di bursa transfer. Musim ini, Chelsea membelanjakan uangnya mencapai 88 juta pound.
Pemain muda? Hm... Samuel Eto’o datang ke London dengan usia 32 tahun. Tiga pemain Chelsea yang memiliki menit tampil terbanyak di Premier League musim ini adalah Petr Cech (31 tahun, 1.890 menit), John Terry (33/1.890), dan Ramires (26/1.800)
Dengan target mengulangi masa jayanya di Chelsea, ucapan Mourinho di media massa memang butuh waktu untuk dicerna.
Mourinho pelatih hebat, saya sepakat. Kemauannya untuk belajar memahami bagaimana keringat berkucuran di lapangan membuat dirinya paham meracik strategi memenangi si kulit bundar.
Kalau tidak hebat, bagaimana mungkin Mourinho bisa membawa FC Porto menjuarai Liga Champion 2003/04 dengan melewati hadangan Manchester United di babak 16 besar?
Kalau tidak hebat, bagaimana mungkin Mourinho dikenal sebagai manajer atau pelatih sepak bola tanpa tahun hampa prestasi antara 2003 hingga 2012?

Membicarakan Mourinho dan sepak bola ibarat sebuah balada, tema dan nadanya berbeda-beda. Tak sedikit yang memujanya, tetapi banyak juga yang membencinya. Jangan tanyakan posisi Mourinho di mata pendukung klub rival yang dilatih pria Portugal ini.

Terlepas dari banyak prestasi yang didapat Mourinho, tudingan terhadap dirinya sebagai pelatih yang menguras keuangan klub tak bisa dibantah.

Empat musim pertama di Chelsea (2004/05 hingga 2007/08), angka-angka yang muncul dalam bursa transfer mencapai 360 juta pound.

Atau musim pertama di Real Madrid (2010/11), ia membuat klub mengeluarkan 93 juta euro untuk membeli pemain. Pendatang baru termahal ketika itu adalah Angel Di Maria, yang berharga 33 juta euro dari Benfica.

Musim berikut muncul Fabio Coentrao, yang berbanderol 30 juta euro walau tak bisa bersaing dengan Marcelo di posisi bek kiri.

Di La Liga 2012/13, ia memboyong Luka Modric dari Tottenham Hotspur dengan anggaran 30 juta euro, meski kemudian si pemain tidak mendapatkan kepercayaan sang pelatih di lapangan.

Di era kedua bersama Chelsea (2013/14), tetap saja kisah Mourinho tidak lepas dari uang. Setelah tak lagi menemukan “musuh di lapangan” bernama Sir Alex Ferguson, Mourinho masih punya cerita dengan Manchester United.

Sebagai pelatih baru Chelsea, salah satu target belanja Mourinho adalah Wayne Rooney, penyerang andalan klub merah Kota Manchester itu.

Benarkah Mourinho sungguh butuh Rooney di Chelsea? Jangan-jangan ia memang sengaja menciptakan suasana kisruh di kubu lawan yang memang rentan dalam era perubahan setelah ditinggal Sir Alex.
***
Memperlemah kekuatan lawan dengan memakai media sebagai perantara adalah salah satu keunggulan Mourinho.

Pria yang bermain sebagai gelandang ketika mencoba berkarier di lapangan hijau dengan berkompetisi di divisi kedua Liga Portugal ini paham karakter media Inggris.

Ya, berikan media Inggris 10 kata, maka mereka akan mengolahnya menjadi 100 atau bahkan 1.000 kata.

Menarik juga pernyataan Mourinho terkait biaya belanja klub di Premier League.
Pada Agustus 2013, ia melemparkan kritikan terhadap aktivitas klub-klub Inggris. Katanya, “Klub sudah harus memikirkan masa depan. Financial Fair Play akan membuat kita berpikir dengan cara yang berbeda tentang sepak bola.”

Menurut Mou, Chelsea sudah mempersiapkan diri ketika UEFA memberlakukan pembatasan pengeluaran klub-klub yang berada di bawah naungan organisasi tersebut.

“Ada klub yang berpikir FFP tak akan diberlakukan. Mereka terus belanja pemain. Kami berpikir berbeda. Klub mulai berinvestasi pada pemain muda,” kata Mourinho.

Hanya, komentar Mourinho itu diucapkan ketika Chelsea sudah mengeluarkan uang sebesar 65 juta pound di bursa transfer. Musim ini, Chelsea membelanjakan uangnya mencapai 88 juta pound.

Pemain muda? Hm... Samuel Eto’o datang ke London dengan usia 32 tahun. Tiga pemain Chelsea yang memiliki menit tampil terbanyak di Premier League musim ini adalah Petr Cech (31 tahun, 1.890 menit), John Terry (33/1.890), dan Ramires (26/1.800)

Dengan target mengulangi masa jayanya di Chelsea, ucapan Mourinho di media massa memang butuh waktu untuk dicerna.

0 komentar:

Posting Komentar

Agen Poker Populer

Agen poker online uang asli yang memberikan pelayanan terbaik serta jaminan menang berapapun pasti di bayar jadi anda tidak perlu ragu lagi bergabung bersama kudapoker